Sabtu, 02 November 2024

KURIKULUM MERDEKA: APAKAH INDONESIA SIAP MENGIKUTI JEJAK FINLANDIA?

Penerapan Kurikulum Merdeka di Indonesia, yang mengadopsi beberapa prinsip pendidikan dari Finlandia.


Meskipun konsep Kurikulum Merdeka dirancang untuk memberi siswa kebebasan bereksplorasi dan berpikir kritis, ada kendala signifikan saat diterapkan di Indonesia karena berbagai faktor kontekstual.

baca juga :

Berikut adalah beberapa tantangan utama:



  • Keterbatasan Anggaran dan Fasilitas
Tidak seperti Finlandia, yang memiliki anggaran pendidikan tinggi dan fasilitas memadai di setiap sekolah, banyak sekolah di Indonesia, terutama di daerah pinggiran, masih kekurangan fasilitas dasar seperti komputer dan akses teknologi.

  • Populasi dan Distribusi Penduduk
Dengan jumlah penduduk yang besar dan tidak merata, sulit untuk menerapkan standar yang sama di setiap wilayah. Sekolah di perkotaan penuh sesak, sementara di daerah terpencil akses sekolah pun masih terbatas.

  • Infrastruktur Pendidikan yang Kurang Merata
Fasilitas belajar di Indonesia tidak seragam. Di banyak daerah, sekolah masih kekurangan ruang kelas nyaman, perpustakaan, dan akses internet, yang membuat eksplorasi mandiri sulit dilakukan.


  • Pelatihan Guru yang Belum Merata
Guru di Indonesia seringkali mengajar di luar keahlian mereka dan tidak mendapatkan pelatihan yang cukup. Ini berbeda dengan Finlandia, di mana guru memiliki pelatihan mendalam dan dukungan penuh.

  • Keragaman Budaya dan Geografis
Indonesia memiliki keragaman budaya yang tinggi, yang membuat pendekatan seragam sering kali kurang relevan. 



Kurikulum Merdeka yang diadopsi dari sistem Finlandia bisa jadi kurang cocok jika tidak mempertimbangkan konteks budaya dan lingkungan setempat.

Kesimpulannya, meskipun Kurikulum Merdeka memiliki visi positif, penerapannya membutuhkan adaptasi agar sesuai dengan kondisi unik Indonesia. Dukungan tambahan diperlukan untuk memastikan kurikulum ini dapat diterapkan secara merata, sehingga semua siswa, baik di kota maupun di pedesaan, dapat merasakan manfaatnya.


Kata Kunci Populer:
Kurikulum Merdeka
Pendidikan di Indonesia
Tantangan Kurikulum Merdeka
Sistem Pendidikan Finlandia
Pendidikan Berbasis Teknologi
Baca selengkapnya

Kamis, 31 Oktober 2024

Penataan Tenaga Honorer Menuju PPPK: Syarat, Kriteria, dan Keputusan Pemerintah Tahun 2024


Pemerintah Indonesia kini sedang giat melakukan penataan dan pengangkatan tenaga honorer untuk menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) di berbagai instansi.

Namun, perlu diketahui bahwa tidak semua jenis tenaga honorer akan diangkat menjadi PPPK tahun 2024 ini.

Ada empat kategori tenaga honorer yang dikecualikan dari pengangkatan PPPK, yaitu satpam, sopir, pramubakti, dan petugas kebersihan.



Meskipun demikian, pemerintah tetap berkomitmen untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga honorer tersebut. Melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 39 Tahun 2024, tenaga honorer di luar PPPK akan diberikan gaji pokok serta uang tambahan sebagai bentuk dukungan atas kerja mereka.

Syarat-Syarat Pengangkatan Tenaga Honorer Menjadi PPPK 2024



Bagi tenaga honorer yang ingin diangkat menjadi PPPK, terdapat beberapa persyaratan penting yang harus dipenuhi:


  • Usia: Tenaga honorer yang diangkat menjadi PPPK harus berusia antara 19 hingga 46 tahun.
  • Masa Kerja: Tenaga honorer perlu memiliki masa kerja minimal satu satu tahun secara terus-menerus. Bagi tenaga honorer di bidang kesehatan, terutama dokter, mereka harus bersedia bekerja di daerah terpencil atau wilayah yang tidak diminati dengan masa kerja minimal lima tahun. Batas usia khusus untuk tenaga medis ini adalah 46 tahun.
  • Tenaga Ahli: Bagi tenaga ahli yang tidak tersedia di kalangan PNS, peluang menjadi CPNS terbuka dengan syarat usia minimal 46 tahun dan pengalaman kerja minimal satu tahun secara berkesinambungan.
  • Proses Seleksi dan Prioritas: Pengangkatan tenaga honorer sebagai PPPK dilakukan melalui pemeriksaan berkas administrasi. Pemerintah memberikan prioritas bagi tenaga honorer dengan masa kerja yang lebih lama atau yang usianya mendekati 46 tahun.

Kriteria Tenaga Honorer yang Tidak Memenuhi Syarat Pengangkatan PPPK

Namun, meskipun memenuhi persyaratan di atas, terdapat beberapa kategori tenaga honorer yang tetap tidak bisa diangkat menjadi PPPK, antara lain:

  • Tenaga Honorer yang Memasuki Masa Pensiun: Bagi tenaga honorer yang sudah mendekati usia pensiun, pengangkatan menjadi PPPK tidak dilakukan.
  • Tenaga Honorer yang Tidak Aktif Bekerja Selama 3 Bulan: Ketidakhadiran atau ketidakaktifan dalam masa kerja akan membuat mereka tidak memenuhi kriteria PPPK.
  • Tenaga Honorer yang Melanggar Aturan Disiplin: Kedisiplinan menjadi kriteria penting bagi tenaga honorer yang ingin menjadi PPPK. Pelanggaran disiplin otomatis menghalangi peluang mereka untuk diangkat.

Langkah Pemerintah dalam Meningkatkan Kesejahteraan Tenaga Honorer

Meskipun tidak semua tenaga honorer dapat diangkat menjadi PPPK, pemerintah tetap berupaya memberikan kesejahteraan yang layak melalui peraturan yang telah ditetapkan.

PMK Nomor 39 Tahun 2024 hadir sebagai bukti bahwa pemerintah berusaha untuk memenuhi kebutuhan dasar tenaga honorer di Indonesia.

Kebijakan ini diharapkan memberikan dampak positif, baik bagi tenaga honorer yang diangkat menjadi PPPK maupun bagi tenaga honorer yang tidak memenuhi kriteria. Melalui peraturan yang terstruktur, proses penataan tenaga honorer diharapkan menjadi lebih baik dan sesuai kebutuhan negara.

Penutup
Demikian informasi mengenai syarat pengangkatan tenaga honorer menjadi PPPK tahun 2024 beserta kategori dan kriteria yang harus dipenuhi.

Dengan memahami syarat dan ketentuan ini, tenaga honorer dapat mempersiapkan diri lebih baik untuk proses pengangkatan PPPK di tahun ini. 

Semoga informasi ini bermanfaat dan memberikan gambaran yang lebih jelas tentang pengangkatan tenaga honorer PPPK oleh pemerintah tahun 2024.
Baca selengkapnya

Selasa, 31 Oktober 2023

Can Contraception Cause Cancer? Here's the Facts!

Contraception is one of the most popular methods for preventing pregnancy. However, did you know that contraception can also increase the risk of cancer?


Contraception is one of the most effective and popular methods of contraception in the world. However, this method also has some risks, one of which is an increased risk of cancer.

Hormonal contraception, such as birth control pills, injectables, and IUDs, can increase the risk of breast cancer, cervical cancer, and ovarian cancer.

The risk of breast cancer increases by 10-20% in women who use oral contraception for 5 years or more. This risk increases over time.


The risk of cervical cancer increases by 30% in women who use oral contraception for 5 years or more. This risk increases over time.

The risk of ovarian cancer increases by 50% in women who use oral contraception for 10 years or more. This risk increases over time.



However, it is important to remember that the risk of cancer from contraception is still relatively small. This risk only increases by 1-2%.

Sources:

  • Halodoc, "Does Contraception Increase the Risk of Cancer?"
  • New England Journal of Medicine, "Association of Hormonal Contraception with Risk of Breast Cancer"
  • Cancer Research UK, "Hormonal contraception and breast cancer"

Conclusion:

Contraception is an effective method of contraception, but it is important to be aware of the risks, including an increased risk of cancer. Women with a family history of breast cancer or ovarian cancer should consult a doctor before using contraception.

Tips to reduce the risk of cancer from contraception:


  • Use hormonal contraception for a short period of time.
  • If you have a family history of breast cancer or ovarian cancer, you should consult a doctor before using contraception.
  • Get regular breast exams to detect breast cancer early.
Baca selengkapnya

Karely Ruiz and Babo: Viral Video Causes Stir on Social Media

Karely Ruiz and Babo are two relatively popular figures on social media. Ruiz is an influencer and YouTuber known for her sexy content. Babo, on the other hand, is a rapper and musician known for his eccentric style.

Recently, the two figures have been in the spotlight after a video surfaced of them together. The video quickly went viral and caused a stir on social media.

In the video, Ruiz and Babo appear to be in a room together. They seem to be close and are seen talking. However, there is one moment that makes the video go viral. In that moment, Ruiz appears to kiss Babo.

(sc: mundodeportivo.com)

The video quickly went viral and became a hot topic on social media. Many netizens commented on the video. Some supported the relationship, while others criticized it.

Here are the most searched queries for the article:


  • Karely Ruiz and Babo video
  • Are Karely Ruiz and Babo dating?
  • Karely Ruiz and Babo viral video
  • Babo and Karely Ruiz
  • Karely Ruiz and Babo photos

The video of Karely Ruiz and Babo has become one of the most talked-about news on social media. The video has elicited various reactions from netizens, both supportive and critical.

Although there has been no official confirmation from either party, the video has left many people wondering about their relationship. Are they really in a relationship? Or is the video just a rumor?

Only time will tell. However, one thing is for sure, the video of Karely Ruiz and Babo has become one of the viral moments that will be remembered by many people.

Baca selengkapnya

Genetic Factors Found to Influence Cancer Risk

Are your genes putting you at risk for cancer?

A new study published in the journal Nature has found that genetic factors can influence cancer risk. The study, led by Dr. Victor L. Isibor of Stanford University, found that mutations in genes that control DNA repair can increase the risk of cancer.


This finding has important implications for cancer prevention and treatment. It suggests that people with certain genetic factors may need to undergo cancer screenings more often. It could also help researchers develop cancer therapies that target genetic factors.
The study is still in its early stages, but it could lead to new ways to prevent and treat cancer.


A study published in the journal Nature on Monday, October 30, 2023, found that genetic factors can influence cancer risk. The study was conducted by a team of researchers from Stanford University, led by Dr. Victor L. Isibor.

The study found that mutations in genes that control DNA repair can increase the risk of cancer. These genes are responsible for repairing DNA damage caused by factors such as radiation and pollution.

The study also found that genetic factors can influence the response to cancer therapy. For example, people with certain mutations in the BRCA1 or BRCA2 genes are more likely to experience a recurrence of breast cancer after undergoing therapy.

"Our findings show that genetic factors play a major role in cancer," said Dr. Isibor. "These findings could help us develop more effective cancer therapies."

The study has important implications for cancer prevention and treatment. The findings suggest that people with certain genetic factors may need to undergo cancer screenings more often. It could also help researchers develop cancer therapies that target genetic factors.

Here are some key points from the study:


  • Mutations in genes that control DNA repair can increase the risk of cancer.
  • Genetic factors can influence the response to cancer therapy.
  • This could help us develop more effective cancer therapies.

The study was conducted by a team of researchers from Stanford University, led by Dr. Victor L. Isibor.

Dr. Isibor is an oncologist who specializes in breast cancer research. He has been conducting research on genetic factors that influence breast cancer for over 20 years.

Baca selengkapnya

Artikel lainnya